Laman

Jumat, 09 Desember 2011

Pengejar Angin

       Disebuah Dusun Lahat Sumatera Selatan, adalah seorang anak SMU bernama Dapunta (Qautsar HY), yang termasuk murid berprestasi, cerdas dan pemberani, mempunyai cita-cita luhur dan ingin sekolah setinggi-tingginya, ibunya (Wanda Hamidah) sangat mendukung cita-cita anaknya, apapun dilakukan demi masa depannya, sehingga Dapunta bersemangat ingin membuat hati ibunya senang dan bangga, namun ayahnya Dapunta (Mathias Muchus) tidak mendukung keinginan Dapunta yang ingin kuliah, inginnya mengikuti jejak ayahnya yang seorang Bajing Loncat (Perampok) di daerah kekuasaannya, Dapunta menolak dan bersikukuh ingin mengejar impiannya.
Walau di sekolahnya terhitung pandai, namun seorang temannya berhasil memojokkan dan menjatuhkan Dapunta, karena ketahuan Dapunta adalah anak seorang perampok, keadaannya yang terpuruk ditambah lagi cobaan ibunya sakit keras dan ayahnya ditangkap polisi, Dapunta sempat goyah dan hampir putus asa, namun kekuatan itu justru datang dari ibunya, demi ibunya tercinta, Dapunta cepat menyadari dan bangkit dari keterpurukan, tak menghiraukan cercaan orang lain, ia fokus untuk meraih kesempatan dan prestasi sebaik mungkin, baik dalam sekolah maupun kegiatan olahraga, dengan motivasi dari gurunya yang baik.
Masa kritis berhasil dilewati, walau akhirnya ayahnya mati tertembak polisi karena kabur dari sel tahanan, namun Dapunta tetap berusaha tegar dan tetap maju berusaha meraih apa yang dicitakannya, demi sang ibu yang berharap anaknya bisa jadi “seseorang”
Film dengan latar budaya Palembang yang kental, dari mulai soundtracknya, sangat membuat bulu kuduk berdiri, karena rasa bangga, dan view setting film ini di daerah Lahat, Pagar Alam sangat asri, luas dan indah, betul-betul menggugah kesadaran, bahwa Indonesia begitu kaya raya alam serta budayanya, melihat satu sisi yang lain dari Indonesia, selain tempat-tempat lain yang sudah banyak dibicarakan, Air terjun di Muara Enim yang gagah mengalirkan air yang berjatuhan, serta dilingkupi pepohonan rindang dan alam pegunungan disana, membuat saya terasa nikmat menontonnya, apalagi jika berada disana langsung.
Banyak pesan moral dari tayangan film ini, diantaranya dari kalimat-kalimat yang terlontar dari dialog Dapunta yang mencerminkan kepolosan berbalut ucapan ikhlas, ketika menegaskan kepada Yusuf yang telah menjatuhkannya, Dapunta berkata “Aku melakukan kerja keras dan keinginan mencapai cita-cita hanya untuk memberi kebanggaan dan memenuhi harapan ibuku, bukan semata untuk bergagah-gagah!” dan Kalimat sang guru kepada Dapunta ketika memberi motivasi “Fokuskan hanya pada garis finish, tak perlu hiraukan hal lain.” Yang jelas banyak kata dan kalimat yang bermakna dalam, sehingga bisa dicerna jadi inspirasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar